Morning Sedulur,
Indonesia menduduki peringkat
ketiga penderita kusta terbanyak di dunia setelah India dan Brazil. Tentu saja
ini bukan prestasi yang membanggakan. Setiap tahun, sekitar 15 ribu-17 ribu orang terdeteksi
menderita penyakit kusta setiap tahun di Indonesia. Jumlah yang cukup besar ya
padahal penyakit ini termasuk penyakit kuno yang rasanya sudah lama diberantas
di dunia.
Penyebaran penyakit kusta di
Indonesia ada di 9 propinsi diantaranya Papua,
Sulsel, Jawa Timur, Sumbar, NTT. Kementerian Kesehatan RI dan banyak pihak terkait
berusaha bahu-membahu memberantas penyakit ini.
Hapus Stigma Penyakit Kusta(Foto: Pixabay.com) |
Beruntung aku bisa mengikuti acara
Ruang Publik KBR yang dipersembahkan KBR dan NLR Indonesia dan disiarkan di
Youtube KBR serta 100 radio jaringan KBR pada hari Selasa 15 Juni 2021. Pembawa
acaranya adalah Mas Rizal Wijaya, seorang penyiar KBR.
Stigma Kejam Untuk Penderita
Kusta
Pembicara pertama adalah Mas Angga
Yanuar, Manajer Proyek Inklusi Disabilitas NLR Indonesia. Menurut Mas Angga, Stigma
penyakit kusta selama ini adalah penyakit kutukan oleh
masyarakat. Karena itulah, penderita dan orang yang pernah mengalami kusta atau
OYPMK kerap dijauhi, dirundung oleh sekitarnya. Padahal, penderita kusta yang mendapat
pengobatan dan dinyatakan sudah sembuh tidak akan menularkan penyakit pada orang
lain, lho.
Orang yang pernah mengalami kusta adalah anggota masyarakat yang
punya hak untuk hidup dengan baik. Termasuk hak mendapatkan pekerjaan yang
layak. Parahnya, banyak yang menganggap masalah disabilitas kusta adalah
masalah pemerintah. Padahal, ini adalah masalah kita bersama.
Saat Zukira mendapat lamaran pekerjaan dari OYPMK, ia menerimanya dengan senang hati. Awalnya beberapa penyandang disabilitas melamar ke perusahaannya, mereka telah ditolak di beberapa perusahan. Akhirnya, Mbak Zukira pun bersedia menerima satu orang OYPMK sebagai karyawan magang di perusahaannya.
Menurut Zukira, respon karyawan lain terhadap pemagang OYPMK cukup baik, mereka menerima pemagang ini dengan baik dan tak membedakan ataupun menjaga jarak. Secara skill, bagi Zukira pekerjaan pemagang ini bagus kinerjanya, saat diajarkan tentang satu hal pun cepat tanggap. Ia mengaku puas atas kinerja karyawan magang ini.
Pembicara ketiga adalah Muhammad Arfa pernah mengalami sakit kusta saat SMP. Ia mengalami masa cukup pahit yaitu selalu dirundung oleh teman-teman sekolahnya. Tapi, ia bersemangat dan kuat menjalani pengobatan karena dukungan diri sendiri dan keluarga. Jadi, support system keluarga dan orang-orang di sekitar kita sangat penting bagi penderita kusta ya.
Alhamdulillah, kini ia sudah
sembuh total. Ia bahkan pernah ikut program magang Satpol PP Kota Makassar
sebagai Staf Administrasi. Arfa mengaku senang karena mendapat banyak
pengetahuan di kantor misalnya belajar komputer.
Menghempas Stigma Kusta di
Masyarakat
Kita harus memberi pengetahuan dan
memperbaiki persepsi masyarakat tentang OYPMK bahwa kusta bisa disembuhkan,
bukan penyakit kutukan dan mengerikan. Karena OYPMK sering dirundung, maka
mereka cenderung minder, dan menutup diri dan tidak mau tampil di masyarakat. Padahal,
mereka punya kemampuan dan potensi untuk maju seperti orang lain.
Alangkah baiknya jika banyak perusahaan mulai terbuka untuk menerima penyandang disabilitas dan OYPMK ini di perusahaan mereka. Ya, memang beberapa fasilitas khusus dibutuhkan bagi karyawan disabilitas dan OYPMK ini.
Tergantung keadaan fisik masing-masing karyawan disabilitas di perusahaan itu misalnya dengan menyediakan bidang miring yang disediakan untuk menghubungkan dua tempat cukup membantu, atau menghindari handel pintu yang bulat untuk disabilitas yang mengalami defomasi tangan karena situasi disabilitas tiap orang berbeda.
Semoga makin banyak perusahaan
yang membuka kesempatan untuk teman-teman kita disabilitas dan OYPMK ini ya,
Sedulur. Harus ada dukungan dari pemerintah dengan undang-undang agar
perusahaan dan pihak terkait lebih banyak mempekerjakan penyandang disabilitas
dan OYPMK ini.
Program Magang OYPMK oleh NLR (No
Leprosy Remains) Indonesia
di Sulawesi Selatan
Menurut Mas Angga, Kebanyakan OYPMK
memasuki bidang pekerjaan yang tidak membutuhkan latar belakang pendidikan
khusus, tanpa seleksi dan biasanya pekerjaan individu, tidak dalam tim misalnya
juru parkir, jualan makanan dll.
Untuk itu NLR Indonesia mencoba
meningkatkan penerimaan diri dan kepercayaan
diri OYPMK dan mencoba mempersiapkan kehidupan mereka dengan membekali mereka
keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup. Membantu meningkatkan kualitas
komunikasi dan interpersonal bagi mereka.
Oh iya, bagi OYPMK dan penyandang
disabilitas ada beberapa website yang menyediakan pekerjaan lho misalnya situs kerjabilitas
dan situs disable yang mempertemukan penyandang disabilitas dan OYPMK dengan pemberi
pekerjaan.
Apa Yang Bisa Kita Lakukan?
Seperti yang sudah kutulis
diatas, ada banyak stigma dari masyarakat terkait kusta ini. Yang bisa kita lakukan
secara pribadi adalah menjaga konsep manusia memiliki derajat yang sama. Sehingga
bagaimanapun keadaan seseorang kita tetap menganggap mereka sama dan tidak
menjaga jarak. Kita bekali anak-anak dengan pengetahuan ini. Jadi, tak ada lagi
cerita perundungan di sekolah dan di tempat lain. Sebaiknya, Kita membekali
diri terhadap kondisi tertentu yang dialami seseorang.
Mengubah persepsi dan stigma di masyarakat (Foto: Pixabay.com) |
14 Komentar
Bagus kak
BalasHapusBanyak yang belum tau sih penyakit kusta ini, karena memang gak sehappening penyakit lainnya. Makanya saat ada yg tau org mengidap penyakit ini dianggap aneh dan dijauhi. Tfs ya Dew! :)
BalasHapusMemang untuk mengubah stigma dan persepsi masyarakat harus ada penggeraknya dulu. Dan menurutku program ini bagus banget. Semoga makin banyak lapangan kerja terbuka untuk orang yang pernah menderita kusta, ya. Kita semua sama-sama memiliki hak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
BalasHapusSemoga akan ada banyak lagi orang seperti Bu Zukirah di berbagai daerah ya mbak.. Saya juga jadi lebih paham tentang Kusta dengan begitu akan lebih mengerti lagi jika memang bertemu dengan OYPMK, semangat Blogger!!
BalasHapusKonsepnya sangat menarik mam. Aku juga pernah ikut webinar tentang kusta. Memang betul ya, siapapun itu, terlepas kondisi fisiknya, selama ia selalu belajar, selalu ada kesempatan untuk berkarya
BalasHapusAlhamdulillah Mb para disabilats ini juga bertalenta loh. Ada temen saya justru semua karyawan yang bekerja dengan dia adalah para disabilitas
BalasHapusKusta ini penyakit yang bisa disembuhkan, tapi ya itu, mengubah stigma negatif masyarakat sangat susah. Menganggap kusta sebagai kutukan.
BalasHapusSemoga kita makin paham bahwa penderita kusta harus diberi dukungan untuk berobat ke Puskesmas.
Iya banget yaa..
BalasHapusPemerintah sudah bagus sekali kalau ada edukasi yang rutin mengenai kusta. Tapi masyarakat yang kudu terus belajar dan menggali informasi bahwa kusta bisa disembuhkan dengan perawatan yang benar sedari awal.
Suka sama OYPMK yang mau nerima saudara-saudara yang disabilitas, khususnya penyintas kusta. Mereka juga butuh cari nafkah dari suatu pekerjaan.
BalasHapusAlhamdulillah banget Mba kalo dengar ada informasi begini. Rasanya bahagia, karena penyintas kusta masih ada yang menggandeng, mereka ga merasa terpinggirkan lagi dan bahkan bisa kerja juga. Semoga program ini everlasting dan berkah selalu:)
BalasHapusSemiga mereka lara penderita dapat layak pekerjaan, hidup berdampingan tanpa ada rasa rendah diri lagi
BalasHapuspemerintah peduli ternyata ya warga negaranya
BalasHapuskupikir kusta ini sudah tidak ada ternyata masih banyak ya yang terkena huhuhu
semoga selalu sehat kembali
penerimaan orang terhadap penderita suatu penyakit saat ini menuritku udah lumayan bagus sih cuma perlu di edukasi terus menerus supaya paham dan lebih berempati
BalasHapusSelalu salut sama perusahaan dan individu yang menilai kinerja seseorang dari hasil kerjanya tanpa melihat keterbatasan fisiknya. Semoga ini membuat para penderita disabilitas semakin semangat ya
BalasHapus