Slamet, Menganyam Eceng Gondok, Merajut Impian Masa Depan

Menganyam Eceng Gondok, Merajut Impian Masa Depan. Morning Sedulur, Namanya Slamet. Singkat saja, tanpa embel-embel apapun. Ia nampak bersahaja namun menyimpan potensi luar biasa. Slamet memiliki daya juang tinggi untuk memajukan hidupnya. Slamet menjadi korban PHK pabrik pengolahan kulit tempatnya bekerja pada krisis moneter tahun 1997.


Mas Slamet dan produk eceng gondok di sebuah pameran

Lelaki kelahiran Kabupaten Semarang tahun 1974 ini pun kembali ke desanya di Demakan, Banyubiru di sekitar Rawa Pening Ambarawa. Ia memutar otak, bagaimana penghidupan selanjutnya? Apa yang harus ia lakukan untuk menyambung hidup? Slamet pemuda kelahiran Kabupaten Semarang itu mulai melirik gulma yang ada di Rawa Pening, Ambarawa.

Tumbuhan eceng gondok (Eicchornia crassipes) adalah tumbuhan air mengapung. Tumbuhan ini sering menjadi biang keladi kerusakan lingkungan, mendangkalnya Rawa Pening serta terancam rusaknya ekosistem.


Eceng gondok ini tumbuh subur di Rawa Pening sehingga dikategorikan gulma yang merusak lingkungan perairan. Konon, 70% area Rawa Pening tertutupi tanaman eceng gondok yang pesat pertumbuhannya. Hal ini mengakibatkan masyarakat susah mencari ikan di Rawa Pening.

“Kalau banyak eceng gondok, makin sulit memancing ikan,” keluh Pak Ardi, seorang warga yang tinggal di sekitar Rawa Pening.

Tumbuhan gulma air yang meresahkan penduduk sekitar Rawa Pening ini malah menarik hati Slamet yang punya keahlian membuat sepatu dan sandal kulit. Ia mendadak dapat ide untuk memanfaatkannya.

Hm, Bagaimana kalau ia membuat sandal dari bahan eceng gondok ini? Bahan bakunya murah meriah dan mudah didapatkan di Rawa Pening. Beda dengan bahan kulit yang harganya mahal. Pemuda lulusan SMP ini pun menghubungi para petani dan pengepul eceng gondok di desanya. 

Menganyam eceng gondok merajut impian masa depan

Ia memesan sejumlah eceng gondok untuk digunakan untuk membuat sandal. Tak butuh waktu lama baginya untuk menyelesaikan sandal dari bahan eceng gondok. Slamet pun memasarkan produknya di tempat wisata sekitar rumahnya.

Hasil yang cukup menggembirakan membuat Slamet pun memutuskan menjadi perajin eceng gondok. Ia tak hanya membuat sandal dan sepatu dari eceng gondok. Ia berinovasi, mencoba membuat produk baru yang menarik dan kira-kira disukai pembeli, dari bahan baku yang sama. 

Barang yang ia hasilkan diantaranya adalah sandal, tas, dompet, tempat tisu, cermin, hingga pigura dan lainnya. Saat menyambangi rumah produksinya, wah produknya cantik-cantik dan gemesiiin kata anak muda zaman now! Nggak menyangka, barang yang terbuat dari eceng gondok bisa bernilai tinggi. Bahkan eceng gondok ini bisa disulap menjadi mebel yang kekinian lho seperti meja dan sofa anyaman yang unik dan menarik.


Yang terbaru, eceng gondok ini bisa dijadikan miniatur mobil dan disukai para kolektor yang rela membelinya dengan harga cukup tinggi. Ya, Sebagai perajin, ia harus selalu up to date dengan perkembangan tren yang ada. Untuk itu, Slamet tak segan menyambangi pameran kerajinan untuk mencari ide produk baru yang akan diluncurkannya. Ia juga tekun berselancar di intenet untuk melihat perkembangan produk kerajinan yang disukai pasar. Tren pasar yang sedang berkembang rajin diikutinya. Yup, perajin kudu melek teknologi, ya! Nggak hanya berkutat dengan kegiatan menganyam. 

Kegigihannya membuahkan hasil

Pesanan berbagai produk berbahan baku eceng gondok mulai mengalir baik dari Kabupaten Semarang hingga dari luar Provinsi Jawa Tengah. Salah satu keinginan Slamet adalah memasarkan produknya ke mancanegara alias ekspor. Ia tahu bahwa masyarakat di luar negeri menyukai produk handmade seperti yang ia buat. Hanya saja, tidak mudah baginya untuk mengekspor produk buatannya.

"Saya ingin produk kami diekspor. Tapi kendalanya di SDM-nya. Banyak permintaan untuk produk saya. Bahan baku melimpah, kualitas produk masuk, tapi sumber daya manusianya yang sulit. Mereka memilih bekerja di pabrik. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kepedulian lingkungan, rasa gengsi yang susah hilang jadi sulit menghadapinya. Padahal, membuat produk ini butuh ketelatenan, sabar dan tidak mudah menyerah," Tutur Mas Slamet, prihatin.

Slamet Tak kenal lelah berbagi ilmu di berbagai kota

Proses mengubah eceng gondok menjadi produk bernilai tinggi memang cukup panjang.
Ternyata, Tidak sembarang eceng gondok bisa dijadikan bahan baku pembuatan produk kerajinannya. Yang pertama pemilihan kualitas enceng gondok itu sendiri. Harus dipilih eceng gondok berkualitas baik agar produk anyaman awet. Setelah proses pengumpulan eceng gondok, kemudian dilakukan pemisahan pangkal tangkai eceng gondok. 

Dilanjutkan dengan proses pengeringan dan penguliran pangkal tangkai.
Setelah eceng gondok mengering dengan sempurna, barulah siap untuk dianyam dan diolah menjadi berbagai produk kerajinan bernilai tinggi. Setelah itu, proses pembuatan produk dengan berbagai macam bentuk anyaman membutuhkan waktu tidak sebentar karena prosesnya benar-benar buatan tangan.

Setelah produk selesai dibuat pun masih ada proses penggunaan bahan pengawet untuk mengurangi tumbuhnya jamur sehingga produk kerajinan lebih tahan lama dan indah dipajang. Jangan lupa, penggunaan bahan finishing pun harus yang ramah lingkungan. Nah lho, ternyata pembuat produk kerajinan eceng gondok ini rumit dan tak segampang yang kita kira, bukan? 

Sungguh, berjalan sendiri tak mudah

Slamet membutuhkan teman seperjuangan untuk maju bersama-sama. Ia pun mengajak beberapa perajin eceng gondok untuk membuat komunitas. Untuk menyatukan pengrajin enceng gondok yang terbilang banyak jumlahnya di sekitar Danau Rawa Pening. Manfaatnya selain bisa bertukar pikiran, juga bisa mengembangkan usaha kerajinan enceng gondok bersama-sama, agar bisa memenuhi permintaan pasar dengan kapasitas yang lebih banyak. 

produk kerajinan tank tempur dari bahan baku eceng gondok

Nama komunitasnya adalah Klinting Ambarawa. Berasal dari cerita rakyat yang menceritakan asal-muasal terbentuknya Rawa Pening yaitu berasal dari keluarnya air tanpa henti dari lubang bekas dicabutnya sebuah lidi oleh Naga Baru Klinting. Beranggotakan sekitar 35 orang perajin yang tinggal di sekitar Rawa Pening. 

Pertemuan rutin tiap bulan membahas tentang perkembangan usaha masing-masing anggota, memberikan informasi tentang pemesanan dari pelanggan, Melatih para pemula yang mau belajar tentang kerajinan enceng gondok baik di lingkungan mereka maupun luar daerah, menciptakan dan mengelola paket wisata kreatif. Sinergi ini membawa banyak manfaat bagi para perajin anggotanya. Mereka makin semangat berkarya dan berinovasi. 

Tak hanya membuat kerajinan, Slamet dan kawan-kawan anggota Klinting juga kerap diundang untuk mengisi berbagai pelatihan di berbagai kota diantaranya Purwodadi, Grobogan hingga Kepahiang, Bengkulu.

Slamet didaulat menjadi trainer atau pemateri untuk mengisi pelatihan membuat kerajinan berbahan baku eceng gondok. Ia tak segan berbagi pengetahuan tentang keahliannya. Tak ada yang namanya takut tersaingi. 

Untuk menggaet pasar yang lebih luas, Komunitas Klinting kerap menghadiri pameran kerajinan yang diadakan di Semarang dan berbagai kota lain. Mereka memajang berbagai produk kerajinan mereka dan mencari pelanggan potensial untuk bekerja sama. Salah satunya mengikuti pameran di Kabupaten Semarang Expo 2016 dan Jateng Expo 2017. 

pendampingan perajin eceng gondok oleh YDBA Astra di Semarang


  1. Demi menggaet pelanggan yang lebih luas lagi, Slamet dan teman-teman di Komunitas Klinting Ambarawa juga belajar pemasaran secara online. Mereka memperkenalkan komunitas dan produk mereka via website www.kerajinanambarawa.com. Sehingga pelanggan tak hanya datang dari sekitar Kabupaten Semarang saja tapi lebih luas lagi. Tantangannya tentu lebih banyak lagi. Tiada hari tanpa belajar hal baru, ya. 

Bagaimana mereka harus rutin online agar tidak terlambat melayani pesanan, bagaimana mengepak produk kerajinan agar tiba di tangan pelanggan dengan utuh. Membuat website komunitas ternyata  membantu memperkenalkan produk mereka pada masyarakat luas. Jika orang mengetik kata kunci kerajinan eceng gondok ambarawa, maka website komunitas ini muncul di halaman pertama. Keren ya! 

Pendampingan oleh Yayasan Dharma Bakti Astra

Semangat anggota komunitas Klinting makin terpacu ketika Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) mengajak UMKM Semarang bekerja sama. YDBA adalah salah satu yayasan yang dibentuk PT. Astra International Tbk untuk membina UKM yang ada di Indonesia. Terutama industri kecil di bidang perikanan, pertanian dan lainnya. 

YDBA didirikan tahun 1980 oleh pendiri Astra, William Soeryadjaya dengan filosofi sederhana namun bermakna dalam, Berikan Kail, Bukan Ikan. Pada Tanggal 15 Maret 2016, diresmikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) di Semarang di Gedung UMKM Center Jawa Tengah. Kerjasama ini bertujuan membantu masalah pemasaran dan memfasilitasi pameran UMKM, masalah klasik yang dihadapi para perajin. 

Para perajin dibimbing oleh mentor dalam masalah pemasaran produk, pelatihan manajemen hingga 5R. Alhamdulillah, banyak ilmu dan pengetahuan yang bisa didapat dari pendampingan bisnis oleh YDBA yang merupakan kontribusi sosial Astra. Hingga saat ini, tercatat 59 UMKM bergabung dalam LPB YDBA Semarang sejak diresmikan sejak Maret 2016. Keuntungan menjadi binaan YDBA yaitu memiliki empat program yang telah dirumuskan antara lain pelatihan, pendampingan, fasilitas pasar, fasilitas pembiayaan. 

berbagai produk kerajinan eceng gondok yang memesona

Ya, telah 60 tahun Astra berbakti untuk Indonesia. Sejak berdirinya pada 20 Februari 1957 dengan empat orang karyawan, berkembang pesat menjadi grup perusahaan yang diperhitungkan namanya di Indonesia dan mengembangkan 7 lini bisnis yaitu otomotif; Jasa Keuangan; Alat Berat dan Pertambangan; Agribisnis; Teknologi Informasi; Infrastruktur, Logistik dan Lainnya, serta Properti. Kini, Astra memiliki 208 perusahaan dan didukung 214.835 karyawan (sumber: www.astra.co.id).

Tak hanya berbisnis, Astra juga memiliki kepedulian tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia lewat berbagai program Corporate Social Responsibility (CSR). Astra memfokuskan diri kepada empat pilar tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility - CSR) Astra, yaitu bidang Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan dan Kesehatan yang dilakukan oleh seluruh perusahaan Astra serta didukung oleh 9 yayasan termasuk Yayasan Dharma Bhakti Astra. Yayasan ini didirikan khusus untuk membantu mempercepat proses pemberdayaan masyarakat secara keseluruhan. 

Slamet yang pernah masuk 6 besar nominasi pengusaha mikro terbaik tingkat nasional di Event City Micro Entreprenuership Award 2011 ini berharap berkat pendampingan Yayasan Dharma Bhakti Astra ini, usaha kerajinannya dan teman-teman di Klinting Ambarawa makin maju dan bisa mengekspor hasil kerajinan mereka ke mancanegara.


Mimpi Seorang Slamet Begitu Besar
Ya, mimpinya tidak sederhana.
Slamet ingin masyarakat sekitar Rawa Pening lebih peduli lingkungan. Ia bermimpi kawasan Rawa Pening kelak menjadi sentra kerajinan enceng gondok yang dikenal di Indonesia, serta ia berharap Komunitas Klinting bisa bersinergi dengan pemerintah daerah mengatasi masalah eceng gondok di Rawa Pening. Luar biasa, Sedulur. Kita rasakan semangat membara di sana.

Ya, aku yakin mimpi Slamet ayah dua anak remaja ini, menganyam eceng gondok untuk merajut masa depan cerah kelak akan tercapai, aamiin. (Penulis: Bagus Priyanbada)

Pusat Kerajinan Eceng Gondok Ambarawa
Info Pelatihan Kerajinan Klaster dan Pemesanan Produk
Hubungi: Eko 0856-4020-3369 atau Slamet 0857-8609-6166

Sumber Foto: 
www.kerajinanambarawa.com

Posting Komentar

4 Komentar

  1. Salut buat mas Slamet, dia bisa merubah eceng gondok menjadi produk bernilai jual. Kreativitas dan keterampilan memang mahal harganya

    BalasHapus
  2. aaamin, sukses buat Mas Salamet, semoga rajutan mimpinya dapat segera terwujud ya. Enceng gondok yang dianggap gulma ini, dapat dijadikan kerajinan tangan yang luar biasa keren. Penduduk juga mendapatkan lapangan pekerjaan ya. Semoga para wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang memborong kerajinan enceng gondok y

    BalasHapus
  3. Nggak nyangka ya mbak, enceng gondok bisa dijadikan kerajinan yang luar biasa bagus, yang dulunya hanya dianggap sebagai pengganggu.

    Bapak Slamet sangat kreatif, semoga bisa semakin menginspirasi masyarakat sekitar :)

    BalasHapus
  4. masyaallah mantap luar biasa mas,,,,,

    BalasHapus