Satu Hari Bersama NH. Dini di Ungaran

Satu Hari Bersama NH. Dini di Ungaran, Kab. Semarang


Morning Lur,
Alhamdulillah, Tanggal 06/08, Mimin kece bisa bertemu sastrawati legendaris Indonesia yang berasal dari Semarang, Ibu NH. Dini di Rumah Makan Nglaras Roso Ungaran. Bertemu beliau adalah kesempatan tak ternilai karena kesibukan beliau yang padat. 

Bertemu NH Dini di Nglaras Roso Ungaran
Ya, Ibu NH Dini di usianya yang menjelang 80 tahun, bukan berarti hanya leyeh-leyeh di rumah.

Beliau masih menulis novel lho. Buku terbarunya baru saja terbit beberapa bulan lalu berjudul Dari Ngaliyan ke Sendowo yang mengisahkan kepindahannya ke Sendowo. Dan beberapa hari ini mimin berburu bukunya tapi belum ketemu. Hiks.

Selain menulis buku, beliau juga kerap diundang untuk mengisi acara seminar, diskusi, talkshow dan kegiatan intelektual lainnya.

Saat kami bertemu di Nglaras Roso, sorenya Ibu NH Dini akan menghadiri acara disertasi seorang mahasiswa S2 UKSW yang membedah buku beliau yang bertema perceraian. Keren ya. 

Penulis kelahiran Semarang, 29 Februari 1936 ini memiliki nama asli Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin.

Perjalanan hidup beliau yang berliku-liku mulai dari masa kecil, ketika menjadi pramugari maskapai penerbangan ternama hingga pernikahannya dengan Diplomat Perancis yang membuahkan dua anak, ditulisnya detil dalam buku-buku seri cerita kenangan.

semoga kami bisa produktif berkarya seperti Ibu

Banyak hal yang bisa kita pelajari dari seorang NH Dini
Selain buku-bukunya yang long lasting, tak lekang oleh zaman memberi banyak hikmah dan perenungan seperti Namaku Hiroko (1977), Pada Sebuah Kapal (1972),  hingga Dari Ngaliyan ke Sendowo (2015). Ia juga mengajarkan kesabaran, rasa syukur dan kemandirian hidup.

NH Dini memiliki sepasang buah hati, Pierre dan Lintang yang kini menetap di luar negeri. 
Beliau memilih tinggal di Panti Wreda agar lebih praktis dan tidak repot mengurus rumah. Ketika putra beliau, Pierre Louis Padang terkenal sebagai sutradara Minion dan Despicable Me, banyak media menuliskan betapa malang nasib NH Dini. Sakit dan terlunta-lunta di usia senja, tidak dihiraukan anak-anak beliau.

NH Dini dan Putra beliau Pierre Coffin (Foto:https://energygiver.wordpress.com)
Kenyataannya, Eyang NH Dini dalam keadaan sehat, sering berkomunikasi dengan kedua putra-putrinya. Ia tetap produktif berkarya dan mengikuti berbagai acara. 

"Ya, tetap saja usia tua tidak bisa berbohong," kata beliau terkekeh.

Karena vertigo, Eyang NH Dini tidak bisa pergi lama-lama. Ia harus berbaring setelah duduk berjam-jam.

Beliau punya jadwal hidup yang teratur. Makan dan tidur pada jam atau waktu yang sama. Ketajaman pikirannya tidak diragukan lagi, walau ia sudah sepuh. 

Novel terbaru NH Dini Dari Ngaliyan ke Sendowo(Foto:Artie Ahmad)
Ingatan filmis yang ia syukuri sebagai anugerah dari Tuhan, sangat membantunya menulis buku terutama seri cerita kenangan lebih detail.

Menurut beliau, hanya dengan membaca sebuah kalimat di diarinya misalnya, ia dapat mengingat sebuah peristiwa puluhan tahun lalu dengan detil. Misalnya dalam suatu pesta, siapa saja tamaunya, apa yang dihidangkan, baju apa yang dipakai para tamu dan lainnya. Wow.

Tapi, tentu saja, ingatan filmis bukanlah utama. 
Yang utama adalah bagaimana merangkai potongan-potongan kejadian, peristiwa dan hal-hal yang ia amati menjadi sebuah cerita utuh.

NH Dini juga rajin mencatat segala peristiwa di dalam buku catatannya. Buku inilah jadi sumber inspirasi dan ide-idenya. Juga jadi bahan tulisannya. Segala hal di sekelilingnya bisa menjadi sumber cerita, sumber inspirasi.

Ibu NH Dini menandatangani koleksi buku-buku kami

"Penulis harus jeli dan peka terhadap sekelilingnya," ujar beliau.

NH Dini mendapat sejumlah penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia dan luar negeri. Diantaranya SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand. NH Dini juga memiliki pondok baca untuk anak-anak dan warga yang tidak mampu selama bertahun-tahun. 

Pertemuan kami tidaklah lama. Tapi, mengguratkan kenangan indah, bisa belajar banyak dari sastrawati kebanggaan Indonesia. Beliau sangat ramah dan ceplas-ceplos, tak ada kesan tinggi hati, sombong atau judes.

Kami belajar banyak darimu, Ibu, betapa bersemangatnya Ibu menjalani, hidup, bertapa penuh syukur dan cinta kehidupan. Sehat slelalu Ibu, kami selalu menantikan karya-karyamu...



Posting Komentar

6 Komentar

  1. Iiih pasti senang banget ketemu beliau ya :)

    BalasHapus
  2. Mau deh jadwal ulang lagi bertemu ibu NH Dini, mbak :D

    BalasHapus
  3. Itu foto yg kuapload di fb ya, Mbak?

    BalasHapus
  4. Yang foto buku ya, iya, lupa kasih sumbernya hihi ntar yaa

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus