BINUS University Meresmikan Program Studi Baru Digital Psychology di Semarang

 Morning Sedulur,

Tahukah kalian kalau kemarin (21/08) BINUS University Semarang baru saja meresmikan program studi baru mereka yaitu Digital Psychology?


Launching New Program Digital Psychology BINUS University @Semarang adalah program gelar ganda yang memadukan prinsip-prinsip dasar psikologi dan komputer untuk memahami perilaku manusia dalam menggunakan teknologi digital dan mengembangkan teknologi digital untuk kesejahteraan manusia. Program studi baru ini menjawab tantangan zaman yang kian pesat terkait teknologi digital.


BINUS University Meresmikan Program Studi Baru Digital Psychology di Semarang
BINUS University Meresmikan Program Studi Baru Digital Psychology di Semarang 

Peresmian program studi baru ini dilakukan di kampus BINUS @Semarang di POJ Avenue Kav. 3, Tawangsari, Pantai Marina di Semarang. Dihadiri rombongan siswa dari berbagai sekolah menengah atas di Semarang. Juga dihadiri awak media massa dan blogger Semarang termasuk blogger perempuan Semarang, Gandjel Rel.


Sebelum acara peresmian jurusan baru dengan potong tumpeng, BINUS University menggelar Studium Generale atau kuliah umum dengan judul Leveraging Technology and People Culture for A Connected Future. Dua narasumber mumpuninya yaitu Pak Raymond Godwin S.Psi, Deputy Dean Faculty of Humanities BINUS University dan Pak Nucki Prasastia, S.T, M.M Vice President Marketing Strategy Insight Smartfren.

Perpaduan Dua Bidang Ilmu


Saat ini, banyak orang menganggap bahwa ilmu sains teknologi dan psikologi adalah dua bidang ilmu yang bertentangan. Satu mengembangkan teknologi komputer, sedangkan ilmu satunya mempelajari manusia.


Orang psikologi menganggap teknologi untuk membantu manusia, untuk memudahkan kita berjualan, belajar dan kegiatan sehari-hari lainnya. Jadi, menurut mereka harus ada kebutuhan manusia dulu, barulah dikembangkan teknologinya.


Sebaliknya, bagi orang teknologi, mereka ingin teknologinya dibuat dahulu, nanti soal dibutuhkan atau nggak oleh orang-orang, itu urusan belakangan. Mereka akan menunggu masukan para pengguna tentang efektivitas teknologi baru yang mereka ciptakan.


Contohnya, orang teknologi akan tetap membuat dan mengembangkan teknologi Chat Bot AI biarpun orang psikologi berpendapat AI tidak bagus untuk perkembangan manusia, bahkan nanti akan menyaingi manusia. Orang teknologi akan tetap mengembangkan Chat Bot AI sambil mendengarkan pendapat orang psikologi untuk perbaikannya.


Baca Juga: Laptop ASUS AI Terbaru


Kenyataannya, kedua ilmu ini berhubungan erat. Teknologi diciptakan untuk memudahkan kegiatan manusia di kehidupan sehari-hari. Sedangkan ilmu psikologi dibutuhkan agar teknologi yang dibuat manusia tidak kebablasan dan malah menjajah kehidupan dan kebebasan manusia. Kedua bidang ilmu, teknologi dan psikologi bisa dipadukan untuk meraih hasil lebih baik.




Bagaimana Mengetahui Perilaku Konsumen 


Sebagai contoh perpaduan teknologi dan psikologi, Pak Nucki dari Smartfren menjelaskan bagaimana cara mempertahankan pelanggan agar tetap menggunakan Smartfren.


Pihak provider harus aktif mengajak pelanggan berinteraksi melalui berbagai saluran seperti media sosial, aplikasi dan website secara online. Agar pihak provider tahu apa saja kebutuhan pelanggan. 


Pihak provider ingin tahu mengapa orang itu jarang beli paket data? Oh, setelah diteliti ternyata dia sudah ada WiFi di rumah.


Menurut Pak Nucki, jika Smartfren ingin mengetahui pelanggan dengan mudah atau kesulitan pakai aplikasi My Smartfren, mereka  tinggal melihat perilaku konsumen tersebut dan mereka akan menawarkan promo yang sesuai. Saat ini,  program promo setiap pelanggan Smartfren berbeda-beda, sudah dipersonalisasi. 


Bagi yang suka menonton film, ada promo kuota khusus menonton Netflix dan VIU, misalnya. Untuk yang suka menelpon orang tuanya atau pacarnya lama-lama, ada promo bebas pulsa. Kalau kamu suka streaming acara olahraga, maka provider yang akan menawarkan program berlangganan Video, misalnya. Menarik ya?


Di sinilah peran ilmu psikologi dibutuhkan untuk memahami perilaku pelanggan, apa yang bisa ditingkatkan dari fitur Smartfren untuk kepuasan pelanggan?


Proses penelitian dan riset untuk memahami perilaku pelanggan saat membeli paket data, hingga akhirnya provider memberikan promo personalisasi atau berbeda pada tiap pelanggan adalah jasa ilmu psikologi digital. Lewat ilmu ini, kita bisa memahami perilaku pelanggan.


Memahami Perilaku Konsumen dari Media Sosial 


Pak Raymond dari Binus University memberikan contoh kasus lainnya. Menurutnya, di jurusan psikolog kita belajar bahwa perilaku manusia dipengaruhi motivasi, proses berpikir dan harapan seseorang. Apa saja hal yang menjadi dorongan dalam hidupnya sehingga menggerakkan dia. Nah, dengan tahu apa saja dorongan seseorang, maka kita bisa memenuhi kebutuhan mereka.


Baca Juga: Tips Sukses Interview Kerja


Dari media sosial, kita bisa mengetahui perilaku seseorang. Apa saja yang ia like, apa dan bagaimana ia berkomentar. Semua perilaku seseorang di media sosial bisa menjadi data bagi perusahaan untuk mengetahui perilaku konsumen. Kita bisa mengetahui apa perilaku dan kebutuhan mereka dari klik like di media sosial! Bukan sulap, bukan sihir!


Menurut Pak Raymond, efek samping terbesar dari perkembangan teknologi adalah data kita tersebar luas di kalangan perusahaan. Data yang masuk itu belum tentu provider atau perusahaan tahu cara menggunakannya. 



Berapa kali kita mengklik suatu konten di media sosial itu termasuk data, tapi kadang pihak pengembang aplikasi kurang paham bahwa informasi itu bisa jadi data. Apabila kita bisa bongkar data pengembang aplikasi, kita bisa tahu betapa banyak informasi tentang seseorang yang bisa diketahui.

Perilaku konsumen yang me-like, berkomentar, dan membuka akun seseorang di media sosial akan mendeskripsikan perilaku apa dari seseorang. Jika kita bisa mendapatkan pola perilaku seseorang, maka bisa diprediksi apa yang seseorang lakukan selanjutnya. Wow.


Contohnya, kalau kamu suka mendengarkan lagu di Spotify, pasti paham kalau pihak Spotify sering menawarkan playlist Song for You. Jangan kaget ya, list lagu itu adalah hasil riset mereka pada kesukaan kita mendengarkan lagu-lagu. 


Efek Samping Teknologi yang Menguasai Manusia 


Bayangkan, jika semua aktivitas sehari-hari kita diserahkan pada teknologi. Kita jadi bergantung pada teknologi. Misalnya Spotify merekomendasikan lagu dangdut di pagi hari, maka kita merasa harus mendengar dangdut pagi-pagi. Atau kita mati gaya di kantor tak tahu mau melakukan apa karena ponsel tertinggal di rumah.


Tidak semua  teman kita muncul di TL kita tapi dipilih oleh algoritma media sosial untuk muncul sesuai preferensi kita. Akibatnya kita jadi pakai kacamata kuda, pikiran kita jadi sempit. Apa yang kita putar, baca dan dengar disebabkan oleh algoritma. 



Ya, Perilaku kita jadi disetir teknologi.

Kita jadi picik dan narrow minded, efeknya ya jadi mempengaruhi kesehatan mental kita. Kita jadi tidak terbuka dengan pemikiran lain, tidak menerima kalau ada opsi lain di setiap hal yang mungkin juga pilihan yang sama baiknya.


Belum lagi, kita jadi overwhelmed karena terlalu banyak membaca berita-berita buruk yang terus muncul di media sosial bisa membuat emosi dan mood kita terganggu. Misalnya nih, kamu baca berita perselingkuhan melulu, nggak heran bawaannya pengen ngamuk terus. Hehe. Kita juga jadi merasa sedih kalau like dan komentar di Instagram kita sedikit padahal kita sudah berusaha membuat foto yang estetik. Siapa yang relate? Jangan sampai ya, kita diperbudak teknologi!

 

Ya, kita sudah hidup dengan teknologi, maka kita harus mengusahakan generasi muda bisa memanfaatkan teknologi dengan baik, bukan sebaliknya malah dimanfaatkan oleh teknologi. Para akademisi di bidang psikologi mau tidak mau, harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi. 


Jika kedua bidang ini teknologi dan psikologi tidak mampu mengembangkan diri, bisa saja kedua ilmu ini hilang, kalah dengan orang-orang yang mampu memadukan kedua ilmu tadi. Untuk itulah, Pak Raymond memberikan beberapa tips untuk kamu agar sukses di zaman teknologi ini:


1. Menjadi pengguna teknologi yang cerdas, super smart user. Jangan ada lagi candaan ponselnya sih smart, orangnya yang nggak. 


2. Jadilah orang yang peduli dan mau terlibat di bidang teknologi, mau belajar tentang teknologi, apa pun bidang ilmu kalian.


Sekarang bukan masalah besar atau kecil lagi. Tapi, orang yang cepat dan sat set akan mengalahkan orang yang lambat. Program studi baru Digital Psychology di BINUS @Semarang adalah solusi untuk bisa memenangkan persaingan di zaman sekarang.


Posting Komentar

10 Komentar

  1. Kadang tuh ya sampai bosan rasanya buka medsos. Karena yang muncul itu-itu mulu. Kadang udah coba menelusuri hal lain. biar algoritmanya berubah. Cuma ya memang rumit.
    Benar dah. Kalau kita nggak sat set yang ada ya udah deh. Ketinggalan sudah.

    BalasHapus
  2. Asli sih, jauh sebelum AI tenar pun, sebenarnya hidup kita sudah banyak dikuasai oleh kecerdasan komputer. Alogaritma di berbagai aplikasi tuh senantiasa dibuat agar kita makin nge-stick dan malas berpindah.

    Makanya kita perlu atur balance-nya, jangan sampai terlalu berlebihan dalam pegang gawai.
    Aku kadang ada waktunya matiin smartphone, terus balik ke nomor basic (dumb phone)

    BalasHapus
  3. Keren beneer jurusan digital psychology, kalau tentang IT Binus emang selalu maju ya. Bener2 gak kebayang awalnya, 2 jurusan bisa dijadikan 1 dan memang sangat bermanfaat ilmunya.

    Aku pernah pake modem Smartfren dan sinyalnya bagus lho.

    BalasHapus
  4. Brilian banget bikin jurusan Digital Psychology, universitas yang satu ini memang selalu berinovasi dan punya pemikiran yang jauh kedepan.

    Apalagi, acara peresmiannya menghadirkan Narasumber yang sangat mumpuni serta expert di bidangnya. Bener banget ya, teknologi jangan sampe bikin kita sellaku manusia malah ketergantungan secara kurang baik, impact ke kesehatan mental bahaya banget. Terus, kudu mau upgrade kemampuan terkait teknologi supaya bukan hanya jadi penikmat atau followers melainkan bisa memanfaatkan teknologi untuk hal-hal manfaat yang bikin diri makin level Up.

    Sukses terus buat BINUS University Semarang 😇

    BalasHapus
  5. Duuuh kalo masih tahap pilih2 kuliah, aku pilih deh jurusan ini. Drdulu pun aku pengennya masuk psikologi mba. Tp gagal aja hahahahahah. Akhirnya accounting

    Btw, di zaman skr, memang teknologi mah ga bisa lepas yaaa dari kehidupan. Mau ga mau, suka ga suka memang kita harus adapt. Tp bukan berarti diperbudak.

    Harusnya kitalah yg pegang kendali, bukannya malah tergantung bangettt dengan teknologinya.

    BalasHapus
  6. salah satu jurusan impian zaman dahulu awal kuliah, sampai pas lanjut S2 pernah daftar juga jurusan ini tapi psikologi industri, karena S1 nya bukan psikolog, sayangnya belum berjodoh lagi karena daftar S2 terus diterima di kampus lain dengan jurusan yang berbeda, keren ya binus semakin terdepan menggabungkan dua jurusan pastinya banyak diminati masyarakat

    BalasHapus
  7. Inovasi BINUS University dalam meluncurkan Program Studi Digital Psychology sangat patut diapresiasi. Ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi semakin menyadari pentingnya menggabungkan ilmu psikologi dengan teknologi di era digital seperti sekarang. Bakalan banyak peminatnya nih

    BalasHapus
  8. setuju banget, orang yang sat set akan mengalahkan yang lambat. ini benerr, kadang nih meskipun ada hal yang aku sukai dan rela belajar atau mengulik lebih lanjut dari bidang itu,buatku itu sebuah update skill. Mungkin orang lain hanya mengira kalau kita hanya mampu di satu bidang aja.

    jurusan baru yang dibuka oleh Binus ini menarik, psychology digital, di era semuanya serba "canggih", perlu juga ya kita untuk update ilmu, apalagi dua bidang ilmu digabung jadi satu

    BalasHapus
  9. Demi apa baru tahu ada jurusan Digital Psychology. Tapi kalau dari paparannya kebayang sih jurusan ini bermanfaat banget ke depannya, karena dunia digital mengubah segalanya, termasuk dari sisi psikologis penggunanya

    BalasHapus
  10. Jurusan baru Digital Psychology ini untuk program sarjana-kah?
    Alhamdulillah, kini semakin banyak jurusan baru yang aplikatif. Sehingga ketika lulus, uda siap kerja.

    BalasHapus